Senin, 01 Oktober 2012

PERTENTANGAN ANTAR FILSUF DARI MASA KE MASA
Filsaafat telah merubah pola hidup manusia dari mitos ke logos dalam memaknai setiap peritiwa dan perjalanah hidup manusia. Tetapi dalam perkembangannya banyak sekali pertentangan-pertentangan yang terjadi antar filsuf. Pertentangan itu terletak pada dasar pemikiran yang mereka gunakan. Berikut adalah beberapa pertentangan yang yang sangat berpengaruh terhadap filsafat masa kini
YUNANI KUNO
HERACLITUS VS PARMANIDES.

Jauh sebelmunya teori tentang kehidupan telah diangkat oleh keduanya. Yang memiliki pandangan berbeda satu sama lain.
 Heraclitus ( Berubah )

Heraclitus adalah salah seorang filsuf yang mencetuskan satu pemikiran  yang menarik, bahwa “engkau tidak akan pernah mampu menerjunkan diri kesungai yang sama untuk kedua kalinya, karena air sungai itu selalu mengalir”. Oleh karena itulah Menurutnya bahwa alam semesta ini semuanya selalu dinamis (berubah). Pernyataan ini merupakan awal berkembangnya relativisme, teori ini mengandung pengertian bahwa kebenaran akan selalu berubah. Pengertian adil hari ini belum tentu sama dengan besok hari. Sehingga dia mencapai kesimpulan bahwa hal yang mendasar dari alam ini bukanlah bahan dasarnya, akan tetapi lebih pada proses kejadiannya.

Parmanides ( Tetap )

Parmenides terlahir kira-kira tahun 450 SM. pemikiran parmenides sangat bertolak belakang dengan pemikiran dari heraklitus. Bagi Heraclitus realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain dari pada gerak dan perubahan. Bagi Parmenides gerak dan perubahan tidak mungkin. Menurutnya realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak atau berubah. Bagi parmenides seluruh jalan kebenaran itu bersandar pada satu keyakinan : “Yang ada itu ada”, itulah kebenaran yang sesungguhnya. Dapat dikatakan bahwa Parmenides adalah seorang filsuf yang tidak mempercayai akan indera-inderanya. Dia berkeyakinan bahwa indera kita tidak tepat dalam memberikan gambaran mengenai dunia ini.

ABAD PERTENGAHAN
Selama perseturuan itu berlangsung hingga memunculkan generasi-generasi filsuf setelahnya yang melahirkan pertentangan satu dengan yang lainnya.

Plato Vs  Aristoteles
Plato ( Idealisme )
Plato menyumbangkan ajaran tentang "idea".  Menurut Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea) yang kekal. Dalam wawasan Plato. Dunia idea mengatasi realitas yang tampak, bersifat matematis, dan keberadaannya terlepas dari dunia inderawi. Plato berpendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea, sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.

Aristoteles ( Realisme )
Aristoteles menganggap plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya  oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan. Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang sempurna.



ABAD MODERN
Pertentangan ini tidak berhenti sampai disini di abad modern pertetangan ini tetap terjadi.
Rene Descartes ( Rasionalisme )
Rene Descartes adalah seorang filsuf yang menganut paham rasionalis. Descartes berpendapat bahwa satu-satunya sumber pengetahuan adalah dari dalam diri manusia itu sendiri. Descartes mengatakan bahwa kemampuan berpikir manusia yang sekarang tidak lagi semurni dan sekokoh sebagaimana jika manusia menggunakan nalarnya sendiri sejak dilahirkan karena sejak kecil cara berpikir manusia sudah dipengaruhi oleh cara berpikir orang lain yang ditanamkan melalui pendidikan.
David hume ( Empirisme )
Teori Hume tentang pengalaman dimulai dengan ide bahwa semua isi pengalaman sadar kita dapat dipecah menjadi dua kategori yakni kesan dan ide. Hume mengatakan bahwa istilah kesan (impression) menunjuk kepada semua persepsi kita yang lebih hidup ketika mendengar, melihat, merasa, mencinta, membenci, menginginkan atau menghendaki. Kesan berbeda dari ide, bukan di dalam isi tetapi di dalam kekuatan dan semangat, yang dengannya keduanya menyentuh kita. Di sisi lain, ide adalah gambar yang didasarkan pada memori kesan atau pikiran tentang kesan, yang terakhir ini sering melibatkan kemampuan imajinasi kita yang memberi produk ide, yang mungkin kita memiliki kaitan langsung di dalam wilayah kesan. Meskipun demikian, semua ide dasarnya berasal dari kesan.

Imanuel Kant ( Transendalisme)
Immanuel Kant mensyaratkan bahwa dasar bagi suatu pengetahuan adalah bersifat umum dan mutlak namun sekaligus memberi pengetahuan yang baru. Empirisme memberikan putusan-putusan yang sintetis, jadi tidak mungkin empirisme memberikan suatu yang bersifat umum dan mutlak. Sebaliknya rasionalisme memberikan putusan-putusan yang analitis, jadi tidak memberikan suatu pengetahuan yang baru. 
Demikianlah, ternyata baik empirisisme maupun rasionalisme tidak memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh ilmu pengetahuan. Maka dari itu, perlu diselidiki bagaimana membuatu suatu putusan-putusan yang sintetis a priori, yaitu suatu putusan yang mampu memberikan sesuatu yang baru, namun tidak perlu tergantung dari pengalaman.
Demikianlah bahwa filsafat Kant juga bersifat transendental, yang berusaha meneliti bagaimana cara seseorang untuk mengenal segala sesuatu. Immanuel Kant menyimpulkan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme. Dari satu pihak ia mempertahankan objektifitas, universalitas dan keniscayaan pengertian. Di pihak lain, ia menerima bahwa pengertian bertolak dari fenomin-fenomin, dan tidak dapat melebihi batas-batasnya. Sampai pada waktu itu pendapat umumnya ialah bahwa pengertian manusia menyesuaikan diri dengan objek-objek, tetapi mungkin lebih berguna kalau diandaikan bahwa objek-objek menyesuaikan diri dengan pengertian manusia. 
ALIRAN FILASAFAT KONTEMPORER
Sampai saat ini aliran-aliran filsafat terus berkembang dan filsafat sebelumnya telah mendasari filsafat masa kini.
Positivisme
Positivisme diperkenalkan oleh Aguste Comte (1798-1857) yang tertuang dalam karya utama Aguste Comte adalah Cours de Philosophic Positive, yaitu tentang Filsafat Posistif ( 1830-1842) Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata “positif” di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut Positivisme, pengetahuan kita tidak oleh melebihi fakta-fakta. Positivisme menurut kamus ilmiah adalah anggapan bahwa yang berarti itu hanya proposisi kolektif yang menunjukkan kepada hal-hal yang bersifat baik. Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual-fisikal. Positivisme bukanlah aliran yang berdiri sendiri, positivisme aliran yang berasal dari penggabungan empirisme dan rasionalisme. positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut. ia hanyalah mengandalkan fakta-fakta belaka.
Evolusionisme
Charles Darwin (1809-1882) adalah seorang ilmuwan yang mengusung teori tentang kemungkinan modifikasi spesies yang bersifat gradual dan menolak pandangan lama yang mengatakan bahwa spesies merupakan sesuatu dengan gerakan tetap dan stabil bagaimanapun terjadi perubahan-perubahan fundamental di lingkungannya. Meskipun demikian, pandangan modifikasi spesies belum mampu menjawab pertanyaan mendasar mengenai munculnya ‘variasi-variasi’ yaitu sebuah prinsip yang berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan oleh seleksi ‘artifisial’ dari tanaman dan keturunan binatang. Darwin melengkapi teori evolusinya dengan menerapkan prinsip yang sama dengan asal-usul spesies kepada asal-usul manusia dan memberikan tempat kepada manusia melakukan proses evolusi dalam rangka seleksi alam dan mempertahankan eksistensinya di alam.
Ada tiga dimensi teoritik dari teori evolusionisme Darwin yaitu: pertama, ia sampai pada pembuktian bahwa makhluk organis di alam semesta ini tidak dijadikan secara serentak menurut jenis mereka masing-masing. Kedua, perubahan dan evolusi tidak terjadi dengan mengarah kepada suatu tujuan (causa finalis) yang telah dirancang dan direncana sejak mula. Ketiga, proses evolusi berlangsung melalui empat konsep yaitu struggle for life, survival of the fittest, natural selection, dan progress.Gagasan Darwin tentang evolusi organism menggambarkan proses linear dari perjuangan hidup.

Materialisme 
Materialisme adalah paham ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, epistimologi atau penjelasan historis.
Karl Marx (1818-1883) merupakan tokoh utama . Menurut Marx sejarah umat manusia sejak zaman primitif dibentuk oleh faktor-faktor kebendaaan. Awal sejarah manusia dimulai dengan adanya pemilikan pribadi yang kemudian menimbulkan pertarungan memperebutkan materi atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi faktor konstitutif proses sosial politik historis kemanusiaan.. Materialisme adalah faham serba benda. Bertitik tolak dari asumsi itu, Marx meyakini bahwa tahap-tahap perkembangan sejarah ditentukan oleh keberadaan material. Bentuk dan kekuatan produksi meterial tidak saja menentukan proses perkembangan dan hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi politik, tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial. Marx berpendapat bahwa hubungan-hubungan sosial sangat erat kaitannya dengan kekuatan-kekuatan produksi baru manusia akan mengubah bentuk-bentuk atau cara produksi mereka.

Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri di dalam pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfaat secara praktis misalnya ada penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang bermanfaat secara praktis. Tokoh-tokohnya : William James, Jhon Dewey, F.C.S Schiller.

Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat raya, maupun manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan bagi masing-masing bagian itu. Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh-tokohnya: Henri Bergson.


Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut ”gejala”. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl. Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler.

Eksistensialisme
            Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada. Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya.. Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya, sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat dielakkan. Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel Marcel.

Filsafat Analitis
            Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950, Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan konsep-konsep. Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.

Strukturalisme
            Strukturalisme muncul diprancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokohnya: Levi Strauss, Jacques Lacan, Michel Foucault.

Postmodernisme
            Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya, pengertian post modern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard menjadi orang pertama yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat. Tokoh-tokohnya: Jean Francois Lyotard.