PERTENTANGAN
ANTAR FILSUF DARI MASA KE MASA
Filsaafat telah merubah
pola hidup manusia dari mitos ke logos dalam memaknai setiap peritiwa dan
perjalanah hidup manusia. Tetapi dalam perkembangannya banyak sekali
pertentangan-pertentangan yang terjadi antar filsuf. Pertentangan itu terletak
pada dasar pemikiran yang mereka gunakan. Berikut adalah beberapa pertentangan
yang yang sangat berpengaruh terhadap filsafat masa kini
YUNANI
KUNO
HERACLITUS VS PARMANIDES.
Jauh sebelmunya teori
tentang kehidupan telah diangkat oleh keduanya. Yang memiliki pandangan berbeda
satu sama lain.
Heraclitus ( Berubah )
Heraclitus adalah salah seorang
filsuf yang mencetuskan satu pemikiran yang menarik, bahwa “engkau tidak akan pernah mampu menerjunkan diri kesungai yang sama untuk
kedua kalinya, karena air sungai itu selalu mengalir”. Oleh karena
itulah Menurutnya bahwa alam semesta ini semuanya selalu dinamis (berubah).
Pernyataan ini merupakan awal berkembangnya relativisme, teori ini mengandung
pengertian bahwa kebenaran akan selalu berubah. Pengertian adil hari ini belum
tentu sama dengan besok hari. Sehingga dia mencapai kesimpulan bahwa hal yang
mendasar dari alam ini bukanlah bahan dasarnya, akan tetapi lebih pada proses
kejadiannya.
Parmanides ( Tetap )
Parmenides terlahir kira-kira tahun 450 SM. pemikiran parmenides sangat
bertolak belakang dengan pemikiran dari heraklitus. Bagi Heraclitus realitas
seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain dari pada gerak dan perubahan. Bagi Parmenides gerak dan perubahan tidak
mungkin. Menurutnya realitas merupakan keseluruhan yang bersatu,
tidak bergerak atau berubah. Bagi parmenides seluruh jalan kebenaran itu
bersandar pada satu keyakinan : “Yang ada itu ada”, itulah kebenaran yang
sesungguhnya. Dapat dikatakan bahwa Parmenides adalah seorang filsuf yang tidak
mempercayai akan indera-inderanya. Dia berkeyakinan bahwa indera kita tidak
tepat dalam memberikan gambaran mengenai dunia ini.
ABAD
PERTENGAHAN
Selama perseturuan itu berlangsung
hingga memunculkan generasi-generasi filsuf setelahnya yang melahirkan pertentangan
satu dengan yang lainnya.
Plato Vs Aristoteles
Plato ( Idealisme
)
Plato menyumbangkan
ajaran tentang "idea". Menurut
Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang
dari bentuknya (idea) yang kekal. Dalam wawasan Plato. Dunia idea mengatasi
realitas yang tampak, bersifat matematis, dan keberadaannya terlepas dari dunia
inderawi. Plato berpendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan,
dalam diri) seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari
dunia idea, sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato,
tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal
intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu
memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan sebagainya.
Aristoteles ( Realisme
)
Aristoteles menganggap plato
(gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal.
Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal
bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal
yang masuk dalam kesadarannya oleh
pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri
khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran
manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles,
pada manusia tidak ada idea-bawaan. Aristoteles mengandalkan pengamatan
inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang sempurna.
ABAD
MODERN
Pertentangan ini tidak
berhenti sampai disini di abad modern pertetangan ini tetap terjadi.
Rene
Descartes ( Rasionalisme )
Rene Descartes adalah seorang
filsuf yang menganut paham rasionalis. Descartes berpendapat bahwa satu-satunya
sumber pengetahuan adalah dari dalam diri manusia itu sendiri. Descartes
mengatakan bahwa kemampuan berpikir manusia yang sekarang tidak lagi semurni
dan sekokoh sebagaimana jika manusia menggunakan nalarnya sendiri sejak
dilahirkan karena sejak kecil cara berpikir manusia sudah dipengaruhi oleh cara
berpikir orang lain yang ditanamkan melalui pendidikan.
David hume
( Empirisme )
Teori Hume tentang pengalaman dimulai
dengan ide bahwa semua isi pengalaman sadar kita dapat dipecah menjadi dua
kategori yakni kesan dan ide. Hume mengatakan bahwa istilah kesan (impression)
menunjuk kepada semua persepsi kita yang lebih hidup ketika mendengar, melihat,
merasa, mencinta, membenci, menginginkan atau menghendaki. Kesan berbeda dari
ide, bukan di dalam isi tetapi di dalam kekuatan dan semangat, yang dengannya
keduanya menyentuh kita. Di sisi lain, ide adalah gambar yang didasarkan pada
memori kesan atau pikiran tentang kesan, yang terakhir ini sering melibatkan
kemampuan imajinasi kita yang memberi produk ide, yang mungkin kita memiliki
kaitan langsung di dalam wilayah kesan. Meskipun demikian, semua ide dasarnya
berasal dari kesan.
Imanuel Kant ( Transendalisme)
Immanuel Kant mensyaratkan bahwa dasar bagi
suatu pengetahuan adalah bersifat umum dan mutlak namun sekaligus memberi
pengetahuan yang baru. Empirisme memberikan putusan-putusan yang sintetis, jadi
tidak mungkin empirisme memberikan suatu yang bersifat umum dan mutlak.
Sebaliknya rasionalisme memberikan putusan-putusan yang analitis, jadi tidak
memberikan suatu pengetahuan yang baru.
Demikianlah, ternyata baik empirisisme
maupun rasionalisme tidak memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh ilmu
pengetahuan. Maka dari itu, perlu diselidiki bagaimana membuatu suatu
putusan-putusan yang sintetis a priori, yaitu suatu putusan yang mampu
memberikan sesuatu yang baru, namun tidak perlu tergantung dari pengalaman.
Demikianlah bahwa filsafat Kant juga
bersifat transendental, yang berusaha meneliti bagaimana cara seseorang untuk
mengenal segala sesuatu. Immanuel Kant menyimpulkan dan mengatasi aliran
rasionalisme dan empirisme. Dari satu pihak ia mempertahankan objektifitas,
universalitas dan keniscayaan pengertian. Di pihak lain, ia menerima bahwa
pengertian bertolak dari fenomin-fenomin, dan tidak dapat melebihi
batas-batasnya. Sampai pada waktu itu pendapat umumnya ialah bahwa pengertian
manusia menyesuaikan diri dengan objek-objek, tetapi mungkin lebih berguna
kalau diandaikan bahwa objek-objek menyesuaikan diri dengan pengertian manusia.
ALIRAN FILASAFAT KONTEMPORER
Sampai saat ini
aliran-aliran filsafat terus berkembang dan filsafat sebelumnya telah mendasari
filsafat masa kini.
Positivisme
Positivisme
diperkenalkan oleh Aguste Comte (1798-1857) yang tertuang dalam karya utama
Aguste Comte adalah Cours de Philosophic Positive, yaitu tentang Filsafat
Posistif ( 1830-1842) Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata “positif”
di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta.
Menurut Positivisme, pengetahuan kita tidak oleh melebihi fakta-fakta.
Positivisme menurut kamus ilmiah adalah anggapan bahwa yang berarti itu hanya
proposisi kolektif yang menunjukkan kepada hal-hal yang bersifat baik. Pada
dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu-satunya
pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual-fisikal.
Positivisme bukanlah aliran yang berdiri sendiri, positivisme aliran yang
berasal dari penggabungan empirisme dan rasionalisme. positivisme tidak
menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut. ia hanyalah
mengandalkan fakta-fakta belaka.
Evolusionisme
Charles
Darwin (1809-1882) adalah seorang ilmuwan yang mengusung teori tentang
kemungkinan modifikasi spesies yang bersifat gradual dan menolak pandangan lama
yang mengatakan bahwa spesies merupakan sesuatu dengan gerakan tetap dan stabil
bagaimanapun terjadi perubahan-perubahan fundamental di lingkungannya. Meskipun
demikian, pandangan modifikasi spesies belum mampu menjawab pertanyaan mendasar
mengenai munculnya ‘variasi-variasi’ yaitu sebuah prinsip yang berkaitan dengan
perubahan yang dihasilkan oleh seleksi ‘artifisial’ dari tanaman dan keturunan
binatang. Darwin melengkapi teori evolusinya dengan menerapkan prinsip yang
sama dengan asal-usul spesies kepada asal-usul manusia dan memberikan tempat
kepada manusia melakukan proses evolusi dalam rangka seleksi alam dan
mempertahankan eksistensinya di alam.
Ada
tiga dimensi teoritik dari teori evolusionisme Darwin yaitu: pertama, ia sampai
pada pembuktian bahwa makhluk organis di alam semesta ini tidak dijadikan
secara serentak menurut jenis mereka masing-masing. Kedua, perubahan dan evolusi tidak terjadi dengan
mengarah kepada suatu tujuan (causa finalis) yang telah dirancang dan direncana
sejak mula. Ketiga, proses evolusi berlangsung melalui empat konsep yaitu
struggle for life, survival of the fittest, natural selection, dan progress.Gagasan
Darwin tentang evolusi organism menggambarkan proses linear dari perjuangan
hidup.
Materialisme
Materialisme adalah paham ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor
material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi,
epistimologi atau penjelasan historis.
Karl Marx (1818-1883)
merupakan tokoh utama . Menurut Marx sejarah umat manusia sejak zaman primitif
dibentuk oleh faktor-faktor kebendaaan. Awal sejarah manusia dimulai dengan
adanya pemilikan pribadi yang kemudian menimbulkan pertarungan memperebutkan
materi atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi faktor
konstitutif proses sosial politik historis kemanusiaan.. Materialisme adalah
faham serba benda. Bertitik tolak dari asumsi itu, Marx meyakini bahwa
tahap-tahap perkembangan sejarah ditentukan oleh keberadaan material. Bentuk
dan kekuatan produksi meterial tidak saja menentukan proses perkembangan dan
hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi politik, tetapi juga pembagian
kelas-kelas sosial. Marx berpendapat bahwa hubungan-hubungan sosial sangat erat
kaitannya dengan kekuatan-kekuatan produksi baru manusia akan mengubah
bentuk-bentuk atau cara produksi mereka.
Pragmatisme
Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya
yang tersendiri di dalam pemikiran filsafat, William James adalah orang yang
memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Aliran Pragmatisme
mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini
menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi
patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan
praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran mistis
pun dapat diterima asalkan bisa bermanfaat secara praktis misalnya ada
penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang
benar adalah pengalaman yang bermanfaat secara praktis. Tokoh-tokohnya :
William James, Jhon Dewey, F.C.S Schiller.
Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal
abad XX mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan
segala pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat
raya, maupun manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian
yang masing-masing menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut
hukum yang telah ditentukan bagi masing-masing bagian itu. Aliran Vitalisme
memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip
vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu
dapat dianalisa secara matematis. Tokoh-tokohnya: Henri Bergson.
Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya
sesuatu yang tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut
”gejala”. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala
sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl.
Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler.
Eksistensialisme
Kata Eksistensi berasal dari kata
eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan)
jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri sebagai diri sendiri
dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat meragukan
segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada. Eksistensialisme adalah
aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi,
Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini berbeda
dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya.. Dalam teori ini berpandangan bahwa
manusia adalah eksistensinya mendahului esensinya (hakikat), dan sebaliknya
benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya, sehingga manusia dapat
menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak ditentukan
lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat
yang memang tak dapat dielakkan. Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel
Marcel.
Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama
muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950, Filsafat analitis
sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari
idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan
diri dengan analisis bahasa dan konsep-konsep. Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel,
Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.
Strukturalisme
Strukturalisme muncul diprancis pada
tahun 1960an, dan dikenal juga dalam linguistic, psiatri dan sosiologi,
strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan
memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan diri
dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokohnya: Levi Strauss,
Jacques Lacan, Michel Foucault.
Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul
sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya, pengertian post
modern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard menjadi orang pertama
yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat. Tokoh-tokohnya: Jean
Francois Lyotard.