Senin, 26 November 2012

KETAKBERDAYAAN SANG EDUCATION


KETAKBERDAYAAN SANG EDUCATION

Refleksi perkuliahan filsafat
BUDIMAN SANI (12709251054)

Pendidkan adalah hal yang mutlak yang diselenggarakan dalam suatu peradaban bangsa. Pendidikan merupakan pilar bagi tumbuh berkembangnya suatu negara. Tanpa adanya pendidikan kita tidak akan pernah tahu seperti apa suatu negara telebih pada kualitas sumber daya manusianya.
Terkait dengan itu, dewasa ini di indonesia pendidikan merupakan suatu hal yang wajib diselenggarakan, akan tetapi dunia pendidikan di indonesia telah terkotori oleh adanya politisi-politisi dari penguasa yang merupakan kaki tangan sang powernow, yang pastinya mengarahkan pendidikan di indonesia berubah menjadi pendidikan atas dasar industialisme, utility, dan pragmatis, yang pada hakekatnya telah merubah atau telah keluar dari tujuan luhur pendidikan yang sebenarnya.
Pendidikan di indonesia dewasa ini telah merenggut setiap intuisi-intuisi dari siswa-siswa yang penuh potensi untuk di kembangkan, mematikan setiap kereativitas mereka, kemudian diarahkan seperti robot-robot siap pakai yang tak bernurani untuk menjadi prajurit terdepan sebagai penyongsong setiap kepentingan –kepentingan sang powernow.
Matematika merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran yang diajarkan pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Matematika adalah hal yang penting untuk dipelajari oleh setiap siswa di sekolah. Sayangya matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat menakutkan, sangat kejam, menginterpensi, yang tak pernah bisa dimengerti oleh sebagian siswa. Hal ini terjadi karena pelajaran matematika itu adalah pelajaran yang tak pernah bisa dimengerti melalui cara, keinginan ataupun gaya belajar dari setiap siswa, matematika adalah hal yang sangat abstrak, yang tak pernah terjangkau oleh beberapa tingkat perkembangan kognitif siswa.
Semua permasalahan yang terjadi tersebut dikarenakan oleh pengertian atau pemahaman pada matematika dan matematika pendidikan masih tetap pada paradigma yang sama oleh sang penguasa, penentu kebijakan-kebijakan pendidikan di indonesia.
Para pure matematika telah banyak berkontribusi dalam kancah dunia pendidikan di indonesia, yang memberi banyak sumbangsih terhadap kehancuran matematika pendidikan di indonesia. Meraka sang powernow tidak akan pernah mengerti tentang hakekat matematika pendidikan itu sendiri. Matematika yang dianggap sebagai suatu yang absolut diinsert dalam matematika pendidikan yang relative, empiris, dan kontruktivis. Tidak akan pernah ada titik penyelesaian dalam permasalahan dunia pendidikan indonesia ini terutama terkait dengan matematika pendidikan yang semestinya ada dan diajarkan disetiap satuan pendidikan, selama paradigma matematika itu sama dengan matematika pendidikan oleh sang power yang menggap diri sebagai bagian dari penentu pendidikan di Indonesia.

Selasa, 13 November 2012

Retorika kebingungan filsafat


Retorika kebingungan filsafat

Endang wahyuningsih ( 12709251050)
Budiman sani               (12709251054)

1.      Apakah diriku ?
Jawaban : Secara garis besar, diriku merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan diriku juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, diriku berusaha melaksanakan segala hal yang berhubungan dengan rohani. Karena agamaku Islam maka aku berusaha untuk menjalankan perintah Allah dan Nabi Muhammad. Sebagai makhluk sosial diriku berusaha bertindak dan berperilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Tanggapan : Secara filsafat diriku adalah manusia berfikir yang tentunya ada karena pikiran itu sendiri memang benar bahwa kita adalah mahluk tuhan dan mahluk sosial akan tetapi itu sudah menjadi kodrat. yang menjadikan diriku itu adalah ketika aku bisa berfikir tentang hal yang menjadikan aku ada dan berbeda sebagai pembanding dari yang lain.

2.      Apakah ketika tersenyum dalam tangis atau sebaliknya adalah suatu kebohongan ?
Jawaban :   Bisa kebohongan bisa juga bukan. Ketika maksudnya adalah untuk menyembunyikan keadaannya supaya tidak diketahui orang lain maka itu kebohongan.  Tetapi jika keadaannya dia bahagia sampai dia menangis (saking terharunya), maka itu bukan kebohongan.
Tanggapan :Apa yang dikatakan adalah benar akan tetapi terkadang tangis dalam dalam senyum atau sebaliknya adalah suatu bentuk sikap yang ditunjukkan manusia ketika dia memberontak  dan  menunjukkan ketegaran atau kelemahan  dari insan itu sendiri

3.      Apakah ketika kita melakukan sesuatu itu menunjukkan bahwa aku bukan  orang  yang telah bersyukur  terhadap apa yang aku telah dapatkan ?
Jawaban :  Menurut saya, itu manusiawi. Ketika seseorang telah mendapatkan sesuatu maka dia menginginkan yang lebih baik lagi. Perasaan itulah yang akan memberikan motivasi kepada manusia untuk meningkatkan usahanya agar hasilnya lebih baik lagi. Tetapi jangan menjadi orang yang rakus, dalam artian dia tidak pernah merasa puas terhadap hasil yang dicapainya.
Tanggapan : Ketika kita merasa puas akan pencapaian kita disitulah terlahir kesombongan dari diri kita dan kita terancam oleh mitos sendiri akan tetapi ketika kita tidak puas dengan pencapaian itu apakah kita termasuk orang yang tak bersyukur ?  itulah yang menjadi kebingunganku

4.      Bagaimana seorang manusia menggapai ikhlas sedang dia masih punya tujuan tertentu dalam hidupnya ?
Jawaban : Ikhlas diperoleh dengan hati yang bersih dan tulus. Tidak masalah manusia mau mempunyai tujuan tertentu, yang penting  tujuan tersebut intinya adalah untuk menggapai  ridho Allah.
Tanggapan :Yang menjadi permasalahan adalah tujuan seperti apa yang bisa dikatakan menggapai ridho ilahi karena kita tahu bahwa banyak sekali tujuan-tujuan yang berdasarkan atas tuhan tapi setelah dilihat secara seksama itu hanya sebagai kedok semata.

5.      Apa yang membatasi hati dan pikiran?
 Jawaban : Yang membatasi hati dan pikiran adalah keragu-raguan/kekhawatiran/kecemasan.
Tanggapan : Bedasarkan pendapat saya keragu-raguan, kekhawatiran dan kecemasan merupakan bersumber  dari pikiran semata karena semua itu terjadi ketika kita dihadapkan pada situasi yang terdiri dari dua sisi yang secara logis memiliki pertimbangan yang sama terhadap kedua sisi terseebut

6.      Secara filsafat dimanakah hati itu ?
Jawaban : Secara tepatnya aku tidak tahu di mana letak hati. Kurasa hatiku ada di mana-mana. Ada di tangan, di kaki, di kepala,di  badan, di rambut, di  kuku, dsb. Yang jelas, hati akan memberikan bisikan pada diri kita mana yang baik dan mana yang buruk. 
 Tanggapan : Hati itu sebenarnya adalah berada di atas pikiran ketika pikiran tak mampu menjelaskan fenomena-fenomena dalam hal ini yang menyangkut dengan spiritual  maka hatilah sebagai landasan atau tolak ukur kita berpijak.

7.      Akankah keikhlasan itu terlahir dari suatu keterpaksaan ?
Jawaban : Bisa saja. Contohnya, seseorang yang ditinggal  mati orang yang dicintainya, tentunya awalnya dia tidak ikhlas. Tetapi dengan keyakinan bahwa kematian adalah takdir Tuhan maka akhirnya dia ikhlas. Tetapi tidak semua keikhlasan  lahirnya dari keterpaksaan.
Tanggapan :Menurut saya keyakinan itu tidak mungkin terlahir dari sebuah keterpaksaan ,kita salah mengartikan keikhlasan, karena keterpaksaan yang dilakukan secara terus menerus akan mengkibatkan kebiasaan dari keterpaksaan , dan kebiasaan itu tidak bisa kita anggap sebagai suatu keikhlasan.



8.      Bahagia itu apa dan bagaimana aku mendapatkannya ?
Jawaban : Bahagia adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin).  Secara lahir, manusia bisa mendapatkan kebahagiaan dengan  berusaha/berikhtiar misalnya bekerja untuk mendapatkan kekayaan, pangkat/jabatan, nama baik dan sebagainya .   Secara batin manusia harus berdoa meminta kepada Allah agar diberikan kesenangan dan ketenteraman batin .
Tanggapan : Ketenteraman dan kesenangan bukan tolak ukur dari bahagia , bahagia ada ketika apa yang kita cita-citakan itu terwujud , apa yang kita lakukan itu dikerjakan secara ikhlas. Bukan semata-mata karena hanya kesenangan semata.

9.      Dari sisi filsafat mengapa tuhan mesti menciptakan syaitan yang mendorong kita ke arah keburukan sedang tuhan mewajibkan kita untuk selalu berada dalam kebaikan ?
Jawaban : Karena Allah ingin menguji  seberapa kuatkah iman seseorang. Jika seseorang imannya baik maka dia tidak akan mudah terpengaruh dengan godaan syaitan. Itulah orang-orang yang menjadi pilihan Allah.  Jaminannya adalah surga. Jika iman seseorang kurang maka dengan mudah akan  terpengaruh dengan godaan syaitan dan tempatnya adalah neraka.
Tanggapan : Kita tahu bahwa tuhan mengingikan setiap ummat manusia berada dijalannya akan tetapi apa yang ada dibumi telah di tetapkan sejak sebelum bumi itu ada, jikalau memang  tujuan dibuatnya syaitan itu untuk menguji manusia , kenapa perlu ada ujian yang pada akhirnya manusia terkadang  tidak lulus dalam ujian itu dan menjadi manusia yang keluar dari jalan tuhan?  Dan ternyata hal tersebut bertolak belakang dari tujuan tuhan sendiri ?
10.  Secara pemikiran dan spritual kita tahu bahwa tuhan adalah maha kuasa, maha bisa,  maha mampu, dan maha segala-galanya.  apakah tuhan  mampu menciptakan sesuatu yang lebih kuasa,lebih mampu,lebih bisa  dan lebih segala-galanya dari dirinya sendiri ?
Jawaban : Secara pemikiran, jelas mampu. Dengan sifat-Nya yang  “Maha” dalam hal apapun, pasti Tuhan mampu menciptakan apapun, termasuk  menciptakan sesuatu yang lebih kuasa, lebih mampu,lebih bisa  dan lebih segala-galanya dari diri-Nya. Secara spiritual, Tuhan itu bersifat  “Maha”, artinya “Paling”. Jadi tidak mungkin ada sesuatu yang melebihi ke-Maha-an Tuhan. Dalam hal ini, kita harus berhati-hati bahwa “dalam berfilsafat, jangan sampai kita melebihi  aspek spiritual”.
Tanggapan : Saya sependapat bahwa apa yang saya tanyakan diluar logika kita , dan disinilah hati kita gunakan sebagai tolak ukur dan dasar dari pertanyaan seperti  ini. Semoga kita bukan termasuk dalam orang-orang yang meragukan dan mengusik keberadaan tuhan.