KETIKA KEIMANAN BERFLUKTUASI
Ibadah kepada tuhan adalah suatu tuntunan yang wajib untuk kita lakukan,
terkadang kita sebagai manusia yang merupakan tempatnya lupa dan dosa sering
mengalami naik turunnya kadar keimanan kita, hal tersebut tanpa kita sadari
telah ada pada diri kita masing-masing, tidak terlepas siapapun kita. Manusia
sebagai mahluk berfikir selayaknya mampu merefleksikan diri dari setiap apa
yang telah terjadi pada dirinya, terlebih hubungan kita terhadap tuhan.
Kehidupan di dunia memilki peran yang tak bisa kita hindari terhadap
kualitas keimanan kita, pergaulan kita sering mengakibatkan kita lupa terhadap
zat yang telah memberikan kita segala kenikmatan, kita sering lupa terhadap
kewajiban yang seharusnya kita lakukan. Keimanan adalah landasan yang kita
gunakan dalam menjalankan ibadah kepada tuhan, tanpa adanya iman, ibadah akan
dilakukan dengan ketidak keikhlasan, tidak dikerjakan, bahkan kita anggap
sebagai penghalang dalam kehidupan kita. iman dalam diri manusia sering
mengalami pasang surut , iman kadang naik kadang turun, sebagai seorang yang
beriman tentunya tidak ingin hal ini terjadi,mestinya iman kita terus
meningkat, minimal stabil ,
Untuk menjaga keimanan kita perlulah kita tahu hal-hal yang dapat
menyebabkan keimanan kita menurun
Adapun beberapa hal
yang mengakibatkan keimanan kita menurun dapat dipandang dari dua sisi yaitu
aspek intern dan aspek eksern. Aspek intern merupakan aspek yang berasal dari
dalam diri manusia sedangkan aspek ektern merupakan aspek luar dari diri
manusia itu sendiri.
ASPEK INTERN
1. Kebodohan
Kebodohan
merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh
jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman
dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu
keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah
dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, Keengganan dan Melupakan
Ketidakpedulian
menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi
tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah,
sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu kepada Allah, tidak
merasa berdosa dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan
pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Keengganan
seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah
diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi dirinya sendiri.
Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan
menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124). Melupakan kewajiban dan kepatuhan
seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu
dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal
sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya
hingga ia semakin jauh dari ingat kepada Allah.
3. Menyepelekan dan Melakukan Perbuatan
Dosa
Awal dari
perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan perintah dan larangan Allah. Perbuatan
dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan
mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh.
Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan)
untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi
belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang Selalu Memerintahkan Berbuat
Jahat
Ibnul
Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat
dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan
dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat.
Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.
Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya.
Seperti sabda Rasulullah, “barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak
ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak
ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar
agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa
jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau
melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan
(jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
ASPEK EKSTERN
1.
Syaitan
Syaitan
adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa
saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia
menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan
terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2.
Bujukan dan Rayuan Dunia
Allah SWT
berfirman: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan
hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita
lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga,
seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun
dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau
dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan
hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu.
Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat.
Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang.
Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa
sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan
kita.
3.
Pergaulan yang Buruk
Rasulullah
bersabda: “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga
masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya”
(HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang
teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya
ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan
dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang
sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah
sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada
diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing
bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia
membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada
diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita
dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan
kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut
ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan,
duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang
lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab
naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita
dengan menyebarkan tulisan ini.