MENGENAL SANG PENCERAH
Sebagai seorang Muslim
kita berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia terbaik yang pernah
ada. Keyakinan ini sangat wajar. Para ulama salaf dan khalaf bersepakat atas
hal itu. Namun ketika seorang penulis Barat bernama Michael H. Hart, yang notabene
kafir secara fair dan objektif menilai demikian tentu sedikit aneh.
Bahkan, ia menempatkan sosok Muhammad saw pada rangking pertama dalam 100 Tokoh
Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. “Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad
dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin
mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain.
Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya
manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik
ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi” Rilisnya.
Tidak ada alasan
lagi untuk tidak mengenal Nabi kita. Setidaknya ada beberapa cara sederhana
tapi penting untuk mengenal beliau. Diantaranya adalah
1. Dengan ayat kauniyah.
Ayat
kauniyah di sini adalah mukjizat beliau yang bisa langsung disaksikan oleh
mata. Mukjizat adalah keluar kebiasaan yang Allah berikan khusus bagi para Nabi
utusan Allah. Mukjizat Rasulullah ` sangat banyak. Salah satunya adalah
terbelahnya bulan. Suatu ketika orang-orang musyrik Quraisy ingin untuk melihat
tanda kenabian beliau yang membuat mereka percaya pada kerasulan beliau `.
Maka, berdoalah Rasulullah `. Dengan izin Allah terbelahlah bulan. Abdullah bin
Mas’ud z mengisahkan bahwa, “Bulan terbelah pada zaman Rasulullah, maka orang
Quraisy mengatakan, ‘Ini adalah kejelekan Ibnu Abi Kabsyah.’” Mereka
memaksudkan Rasulullah `, mereka meragukan kejadian ini. Apakah benar-benar
terjadi atau sekedar sihir. Maka, untuk memastikannya mereka bertanya kepada
orang-orang yang datang dari bepergian jauh, apakah mereka juga melihat
kejadian itu? Abdullah bin Mas’ud mengatakan, mereka orang-orang
Quraisy berkata, “Lihatlah berita yang dibawa oleh orang–orang yang safar
(bepergian), karena Muhammad tidak akan mungkin dapat menyihir seluruh
manusia.” Dan ternyata orang-orang yang datang dari safar tersebut mereka
menyaksikan kejadian bulan terbelah tersebut. Selengkapnya hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari.
2.
Dengan ayat Syar’iyah.
Ayat
syar’iyah yang dimaksud adalah Al Qur’an. Al Quran merupakan mukjizat terbesar
yang menunjukkan bahwa beliau adalah Rasulullah. Kita tidak mungkin lagi untuk
mengetahui mukjizat yang dapat langsung disaksikan karena telah lewat masa
kenabian Rasulullah. Namun kita masih bisa mengenal kenabian beliau dengan
mukjizat terbesar ini. AlQuran yang merupakan firman Allah. Sungguh Al Quran
berisi ilmu terdahulu dan yang akan datang. Al Quran adalah obat bagi hati yang
telah mati. Kita dapat mengenal kebenaran kerasulan beliau dengan apa yang
beliau bawa.
3. Membaca
sejarah kehidupannya
Ini adalah pintu pertama bagi siapa saja yang ingin mengenal beliau lebih
dekat. Seseorang bisa mengetahui sisi-sisi kehidupan seorang tokoh atau publik
figur berdasarkan siroh/biografi hidupnya. Banyak juga di antara para tokoh itu
menulis langsung sejarah hidupnya dalam bentuk autobiografi. Dengan itu pembaca
akan mengetahui beberapa rahasia penting, alasan-alasan mereka melakukan
beberapa keputusan controversial, bahkan hal-hal yang sifatnya pribadi
sekalipun.
4. Teladani akhlak beliau
Saat itu bangsa Arab memiliki beberapa kelebihan dibanding bangsa-bangsa
lainnya. Mereka amat teguh memikul amanah, menepati janji, jujur dalam bergaul,
menghargai pemimpin, dan sebagainya. Tapi di sisi lain mereka gemar bertikai,
hobi mabuk-mabukan dan berjudi, doyan zina, membunuh anak-anak perempuan, dan
segudang kebobrokan akhlak lainnya. Akhlak mulia itu tidak hanya bermoral di
satu sisi tapi amoral di sisi lain. Tidak hanya berakhlak kepada sesama manusia
tapi berakhlak terhadap sesama makhluk dan kepada Sang Pencipta juga. Inilah
yang direkonstruksi semuanya oleh Nabi SAW.
Akhlak mulia adalah bukti dan buah dari keimanan yang benar. Iman
tidak berarti apa-apa jika tidak melahirkan akhlak. Akhlak yang mulia
adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam Islam. Tanpa akhlak, ibadah
hanya menjadi ritual dan gerakan yang tidak memiliki ruh dan nilai. Tujuan
mempelajari akhlak Nabi SAW diantaranya adalah menghindari pemisahan antara
akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama
dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, Agama adalah urusan akhirat sedang masalah
dunia adalah urusan masing-masing. Maka jangan heran terhadap
seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya nggak bener. Ini merupakan kesalahan
fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi
mereka tidak shalat. Ini juga keliru. Islam menghendaki kita optimal dalam
berakhlak dan beribadah tanpa memilah antara keduanya. Bila akhlak kita baik
terhadap sesama tapi tak berakhlak dengan enggan beribadah pada Allah SWT, ini
kurang ajar. Begitu pun sebaliknya.
5. Pelajari tata cara
ibadah beliau
Ibadah dalam perspektif Islam adalah kepasrahan total dan merasakan
keagungan Dzat yang disembah. Ibadah merupakan anak tangga yang menghubungkan
makhluk dengan penciptanya. Di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, ibadah memberi pengaruh yang sangat dalam ter-hadap pola hubungan
antara sesama makhluk. Dalam Islam, semua sisi kehidupan adalah ibadah. Dalam
ruang yang lebih spesifik, ibadah adalah rukun Islam yang lima. Kemudian ibadah
terbagi tiga:Pertama, Ibadah
badan berupa syahadat, shalat dan puasa. Kedua, ibadah harta dalam bentuk zakat.Ketiga, ibadah badan dan harta
sekaligus berupa haji ke baitullah.
Bila ibadah ditunaikan bukan atas dasar ilmu, maka ia bisa mengancam
eksistensi agama. Seperti yang diungkapkan Imam al-Ghazali bahwa perusak agama itu ada 4: Pertama, orang alim yang tidak
mengamalkan ilmunya. Kedua,
orang yang beramal tanpa dasar ilmu sehingga ia lebih dekat dari pada bid’ah. Ketiga, orang bodoh yang tidak mau
mencari ilmu. Dan keempat,
orang yang membenci ahli ilmu. “Tak kenal maka tak cinta” demikianlah kata
pepatah. Tidak mungkin orang mencintai Nabi saw, bila ia tidak mengenalnya
lebih dekat. Mencintai Nabi saw berarti juga meneladani karakter dan
kepribadiannya secara utuh. Mencintai beliau artinya melek terhadap syariat agama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar