Senin, 03 Desember 2012

MENGENAL SANG PENCERAH

MENGENAL SANG PENCERAH
Sebagai seorang Muslim kita berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia terbaik yang pernah ada. Keyakinan ini sangat wajar. Para ulama salaf dan khalaf bersepakat atas hal itu. Namun ketika seorang penulis Barat bernama Michael H. Hart, yang notabene kafir secara fair dan objektif menilai demikian tentu sedikit aneh. Bahkan, ia menempatkan sosok Muhammad saw pada rangking pertama dalam 100 Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. “Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi” Rilisnya.
 Tidak ada alasan lagi untuk tidak mengenal Nabi kita. Setidaknya ada beberapa cara sederhana tapi penting untuk mengenal beliau. Diantaranya adalah
1. Dengan ayat kauniyah.
Ayat kauniyah di sini adalah mukjizat beliau yang bisa langsung disaksikan oleh mata. Mukjizat adalah keluar kebiasaan yang Allah berikan khusus bagi para Nabi utusan Allah. Mukjizat Rasulullah ` sangat banyak. Salah satunya adalah terbelahnya bulan. Suatu ketika orang-orang musyrik Quraisy ingin untuk melihat tanda kenabian beliau yang membuat mereka percaya pada kerasulan beliau `. Maka, berdoalah Rasulullah `. Dengan izin Allah terbelahlah bulan. Abdullah bin Mas’ud z mengisahkan bahwa, “Bulan terbelah pada zaman Rasulullah, maka orang Quraisy mengatakan, ‘Ini adalah kejelekan Ibnu Abi Kabsyah.’” Mereka memaksudkan Rasulullah `, mereka meragukan kejadian ini. Apakah benar-benar terjadi atau sekedar sihir. Maka, untuk memastikannya mereka bertanya kepada orang-orang yang datang dari bepergian jauh, apakah mereka juga melihat kejadian itu? Abdullah bin Mas’ud mengatakan, mereka orang-orang Quraisy berkata, “Lihatlah berita yang dibawa oleh orang–orang yang safar (bepergian), karena Muhammad tidak akan mungkin dapat menyihir seluruh manusia.” Dan ternyata orang-orang yang datang dari safar tersebut mereka menyaksikan kejadian bulan terbelah tersebut. Selengkapnya hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari.
2. Dengan ayat Syar’iyah.
Ayat syar’iyah yang dimaksud adalah Al Qur’an. Al Quran merupakan mukjizat terbesar yang menunjukkan bahwa beliau adalah Rasulullah. Kita tidak mungkin lagi untuk mengetahui mukjizat yang dapat langsung disaksikan karena telah lewat masa kenabian Rasulullah. Namun kita masih bisa mengenal kenabian beliau dengan mukjizat terbesar ini. AlQuran yang merupakan firman Allah. Sungguh Al Quran berisi ilmu terdahulu dan yang akan datang. Al Quran adalah obat bagi hati yang telah mati. Kita dapat mengenal kebenaran kerasulan beliau dengan apa yang beliau bawa.
3. Membaca sejarah kehidupannya
Ini adalah pintu pertama bagi siapa saja yang ingin mengenal beliau lebih dekat. Seseorang bisa mengetahui sisi-sisi kehidupan seorang tokoh atau publik figur berdasarkan siroh/biografi hidupnya. Banyak juga di antara para tokoh itu menulis langsung sejarah hidupnya dalam bentuk autobiografi. Dengan itu pembaca akan mengetahui beberapa rahasia penting, alasan-alasan mereka melakukan beberapa keputusan controversial, bahkan hal-hal yang sifatnya pribadi sekalipun.
4. Teladani akhlak beliau
Saat itu bangsa Arab memiliki beberapa kelebihan dibanding bangsa-bangsa lainnya. Mereka amat teguh memikul amanah, menepati janji, jujur dalam bergaul, menghargai pemimpin, dan sebagainya. Tapi di sisi lain mereka gemar bertikai, hobi mabuk-mabukan dan berjudi, doyan zina, membunuh anak-anak perempuan, dan segudang kebobrokan akhlak lainnya. Akhlak mulia itu tidak hanya bermoral di satu sisi tapi amoral di sisi lain. Tidak hanya berakhlak kepada sesama manusia tapi berakhlak terhadap sesama makhluk dan kepada Sang Pencipta juga. Inilah yang direkonstruksi semuanya oleh Nabi SAW.
 Akhlak mulia adalah bukti dan buah dari keimanan yang benar. Iman tidak berarti apa-apa jika tidak melahirkan akhlak.  Akhlak yang mulia adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam Islam. Tanpa akhlak, ibadah hanya menjadi ritual dan gerakan yang tidak memiliki ruh dan nilai. Tujuan mempelajari akhlak Nabi SAW diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing.  Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya nggak bener. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini juga keliru. Islam menghendaki kita optimal dalam berakhlak dan beribadah tanpa memilah antara keduanya. Bila akhlak kita baik terhadap sesama tapi tak berakhlak dengan enggan beribadah pada Allah SWT, ini kurang ajar. Begitu pun sebaliknya.
 5. Pelajari tata cara ibadah beliau
Ibadah dalam perspektif Islam adalah kepasrahan total dan merasakan keagungan Dzat yang disembah. Ibadah merupakan anak tangga yang menghubungkan makhluk dengan penciptanya. Di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ibadah memberi pengaruh yang sangat dalam ter-hadap pola hubungan antara sesama makhluk. Dalam Islam, semua sisi kehidupan adalah ibadah. Dalam ruang yang lebih spesifik, ibadah adalah rukun Islam yang lima. Kemudian ibadah terbagi tiga:Pertama, Ibadah badan berupa syahadat, shalat dan puasa. Kedua, ibadah harta dalam bentuk zakat.Ketiga, ibadah badan dan harta sekaligus berupa haji ke baitullah.
Bila ibadah ditunaikan bukan atas dasar ilmu, maka ia bisa mengancam eksistensi agama. Seperti yang diungkapkan Imam al-Ghazali bahwa perusak agama itu ada 4: Pertama, orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. Kedua, orang yang beramal tanpa dasar ilmu sehingga ia lebih dekat dari pada bid’ah. Ketiga, orang bodoh yang tidak mau mencari ilmu. Dan keempat, orang yang membenci ahli ilmu. “Tak kenal maka tak cinta” demikianlah kata pepatah. Tidak mungkin orang mencintai Nabi saw, bila ia tidak mengenalnya lebih dekat. Mencintai Nabi saw berarti juga meneladani karakter dan kepribadiannya secara utuh. Mencintai beliau artinya melek terhadap syariat agama ini.

Tidak ada komentar: